Kamis, April 25, 2024

Menggali Kondisi Analitik Data Bagi Bisnis di Indonesia

Techbiz.id – Di era seperti saat ini, para pelaku bisnis dihadapkan dengan disrupsi teknologi yaitu mendefinisikan kembali model dan strategi bisnis mereka.

Ketika mereka melakukan transformasi digital pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, maka kemudian menghasilkan data dalam jumlah yang luar biasa. Namun, saat ini, tergantung bagaimana mereka melihatnya, memiliki volume data yang besar bisa menjadi kabar baik atau kabar buruk.

Sementara para pelaku bisnis saat ini lebih sadar dari sebelumnya terlebih tentang manfaat keputusan berdasarkan data. Sebuah studi baru-baru ini oleh ManageEngine, divisi manajemen TI enterprise dari Zoho Corporation, menemukan ada peningkatan sebesar 94% penggunaan analitik di Singapura, namun masih banyak nilai dan manfaat data yang belum termanfaatkan. Di Indonesia,

Presiden Joko “Jokowi” Widodo meminta berbagai pebisnis dan pemangku kepentingan untuk mempercepat proses digitalisasi mereka melalui analitik data guna mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia khususnya pasca pandemi.

Melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 39 Tahun 2019 tentang program Satu Data Indonesia, pemerintah menerapkan kebijakan pengelolaan data untuk menghasilkan data yang terintegrasi, akurat, dan akuntabel, serta dapat diakses dan mudah dibagikan oleh semua orang.

Satu Data Indonesia adalah solusi analitik big data untuk bangsa, terutama karena Indonesia akan terus menggunakan dan memanfaatkan big data. Kini, banyak perusahaan terus melanjutkan perjalanan mereka menuju digitalisasi untuk menghasilan wawasan berbasis data yang dapat menghasilkan keputusan dan langkah bisnis strategis yang lebih baik.

Baca juga: Google Akui Tetap Lacak Data Pengguna di Mode Incognito

Untuk membahas dan berdiskusi lebih jauh terkait topik data analitik ini, redaksi Techbiz Indonesia melakukan wawancara dengan Rakesh Jayaprakash, Product Manager for Analytics Plus di ManageEngine,

Apa tren yang muncul dan signifikan di kalangan bisnis dalam perjalanan demokratisasi data?

Analitik terpadu menjadi produk utama dalam demokratisasi data (setiap orang memiliki akses ke data dan tidak ada hambatan untuk mengaksesnya, red). Ini melibatkan korelasi data terkait dari berbagai unit bisnis untuk memungkinkan organisasi berfungsi sebagai unit tunggal ketimbang kumpulan beberapa departemen.

Menggabungkan data dari berbagai unit bisnis memerlukan keahlian manajemen data dan pemahaman yang baik dari tujuan bisnis. Tim TI dan bisnis butuh bekerja sama lebih erat untuk mengembangkan analitik terpadu yang akan menguntungkan organisasi secara keseluruhan.

Karena makin banyak data yang tersedia untuk digunakan, tantangan memisahkan data berharga dari repositori (tempat penyimpanan) besar telah mencapai titik, di mana hal ini tidak dapat dilakukan secara manual; sebagai gantinya, mesin pembelajaran (ML) digunakan secara luas.

Karena tidak ada separangkat sistem komputer yang ditetapkan untuk melakukan pemisahan, algoritma harus disesuaikan di setiap organisasi atau membutuhkan intervensi manusia pada tahap awal sebelum algoritma pembelajaran mesin dapat mengambil alih.

Bagaimana perkembangan mahadata (big data) di kalangan pebisnis Indonesia terutama saat pandemi melanda?

Prakarsa analitik dan mahadata pada awalnya dianggap hanya bagus untuk sekedar dimiliki, khususnya di negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, terutama karena biaya terkait pengadaan alat analitik dan pelatihan karyawan untuk membangun keahlian di bidang ini.

Awal-awal pandemi mempercepat prakarsa analitik yang melengkapi kerja jarak jauh dan memungkinkan para pemimpin bisnis membuat keputusan krusial terlepas dari lokasi fisik mereka. Analitik mahadata telah mengisi kekosongan yang diciptakan lantaran kurangnya supervisi atas aktivitas sehari-hari.

Saat para pemimpin bisnis merasakan kesuksesan awal dari prakarsa mahadata, mereka diharapkan mendukung dan melanjutkan untuk memanfaatkan data setelah pandemi berlalu demi keputusan bisnis yang jauh lebih baik.

Apa saja kendala dan tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mentransformasi bisnis mereka?

Tantangan terbesar datang dari keragu-raguan dalam berbagi kepemilikan dan membuat data departemen tersedia untuk penggunaan yang lebih luas.

Kala kepala departemen cepat menyadari dampak dan keuntungan dari pengambilan keputusan yang didukung data (atau berbasis data), mereka lambat dalam menyediakan data departemen untuk penggunaan yang lebih luas.

Hal ini mempersulit penerapan jalur data yang mengumpulkan data dari seluruh organisasi dan mendistribusikannya ke repositori untuk dianalisis.

Untuk organisasi yang memiliki operasi dan pelanggan global, mematuhi regulasi data dan privasi menjadi tantangan besar. Dengan makin banyak negara menyusun aturan hukum data privasi versi masing-masing, pemimpin bisnis harus menyusun framework atau kerangka kerja untuk mengidentifikasi regulasi baru dan mengimplementasikan sistem untuk mematuhinya.

Kerangka kerja ini sebaiknya mengambil pendekatan umum untuk memproses data pelanggan dengan aman, mematuhi segera perubahan dalam undang-undang privasi yang ada, dan beradaptasi dengan yang baru.

Bagaimana peran ManageEngine membantu perusahaan di Indonesia untuk mengakselerasi bisnis mereka lebih cepat melalui data analitik?

Upaya untuk benar-benar mendemokratisasikan data, perangkat lunak analitik TI ManageEngine, Analytics Plus, menggunakan pemrosesan bahasa alami bersama-sama dengan kecerdasan buatan (AI) untuk menjawab pertanyaan dalam Bahasa Inggris sederhana, dengan laporan yang dapat ditindaklanjuti.

Pengguna dapat bertanya, seperti “Apakah kepatuah SLA baru-baru ini menurun?” atau “Berapa perkiraan jumlah insiden bulan depan?” untuk mendapatkan jawaban segera. Ini membuka mahadata kepada seluruh bagian karyawan yang sama sekali baru dan mereka yang tidak memiliki keahlian untuk menghasilkan laporan yang rumit.

ManageEngine juga telah mengurangi waktu yang dibutuhkan pebisnis, untuk mendapatkan wawasan yang dapat ditindaklanjuti dari TI dan alat bisnis mereka, dengan menawarkan analitik yang siap pakai.

Sementara sebagian besar vendor berhenti memfasilitasi transfer data antara aplikasi bisnis dan alat analitiknya, ManageEngine justru mengemas KPI khusus domain sebagai bagian dari integrasi.

Ini berarti pemimpin bisnis dan departemen dapat melihat ketidakefisienan proses dalam hitungan menit, bukan lagi hitungan hari. Pengurangan waktu untuk wawasan tersebut berarti tindakan perbaikan bisa dengan cepat dapat dilakukan.

Bagaimana prediksi ManageEngine melihat masa depan data analytics terutama di Indonesia? Juga dalam menjembatani kesenjangan antara data dan nilai bisnis?

Dibandingkan dua tahun sebelumnya, ManageEngine melihat ada peningkatan 80% dalam adopsi analitik di Indonesia pada tahun 2020 saja, dan tren ini tampaknya akan berlanjut pada tahun 2021.

Ini bukti bahwa pandemi telah sangat mempercepat kebutuhan untuk mengawasi operasi secara holistik di seluruh organisasi, terlepas dari lokasi geografis. Kesuksesan implementasi analitik akan memengaruhi lebih banyak perusahaan untuk mengadopsi budaya berbasis data dalam waktu dekat.

ManageEngine banyak berinvestasi dalam menerapkan analitik tambahan. Ini tidak hanya akan menyederhanakan pemrosesan data, tetapi juga menempatkan analitik di tangan para pemimpin bisnis dan tim yang berhadapan dengan pelanggan, yang dapat segera menggunakan data tanpa harus menghabiskan waktu untuk melatih diri ahli dalam analisis data.

Terkait

Artikel Terkait

Memajukan Potensi Digital Bersama Gerakan 100% untuk Indonesia

Techbiz.id - Akses internet merupakan salah satu sarana terbaik untuk membuka berbagai peluang baru bagi masyarakat. Tergantung bagaimana pemanfaatannya,...