Jumat, April 26, 2024

Pendekatan Zero Trust Wajib untuk Cegah Serangan Siber

Techbiz.id – Akamai merekomendasikan agar organisasi atau perusahaan di Indonesia menerapkan pendekatan Zero Trust untuk mencegah serangan siber sehingga data dan para pelanggan mereka terlindungi dari gangguan penjahat siber.

Seperti diketahui, di tengah pendemi COVID-19, insiden kemananan siber terus meningkat di seluruh dunia. Para penjahat siber terus mencari berbagai peluang baru untuk menerobos data perusahaan melalui beragam serangan yang semakin canggih.

Sebagai platform edge terbesar dan paling tersebar di dunia, Akamai menganalisa lebih dari 300 terabyte data serangan baru setiap harinya. Melalui analisis ini, Akamai telah mencatat sejumlah vektor serangan yang memecahkan rekor seperti serangan Distributed-Denial-of-Service (DDoS) yang berhasildimitigasi ada sebanyak lebih dari 1900 serangan DDos pada Q1 2021. Hal ini menandai kenaikan sebesar 34% year-on-year

Selain itu juga terdapat sebanyak 63 miliar serangan credential abuse diidentifikasi pada Q1 2021, meningkat tajam sebesar 133% year-on-year. Serta serangan di layer aplikasi dimana lebih dari 2 miliar peringatan Web Access Firewall (WAF) dipicu pada Q1 2021, melonjak 70% year-on-year.

Baca juga: Persaingan Konten Digital Perusahaan Media Makin Sengit

Menurut Regional Vice President, Akamai Technologies – India, South East Asia and APJ Carrier, Sidharth Pisharoti, angka-angka di atas menunjukkan bahwa berbagai organisasi/perusahaan harus beralih dari strategi pertahanan perimeter tradisional dan mulai melindungi aplikasi-aplikasi internal mereka seperti halnya mereka melindungi aplikasi eksternal.

Akamai memastikan bahwa perusahaan-perusahaan dapat menghadirkan pengalaman digital berkualitas tinggi dengan aplikasi-aplikasi yang berjalan secara mulus dan tanpa gangguan.

Ini mencakup kemampuan untuk mempercepat penyediaan konten web dengan membawanya lebih dekat ke para pengguna. Ini sangat penting dengan pertimbangan bahwa banyak negara termasuk Indonesia membatasi mobilitas masyarakat dan menerapkan pembatasan kegiatan publik agar bisa secara efektif mencegah penularan COVID-19. Berbagai pembatasan ini telah mengarahkan pada normal baru yakni gaya kerja hybrid (hybrid work) yang memerlukan pendekatan keamanan Zero Trust.

Zero Trust sendiri merupakan sebuah model keamanan jaringan yang menggunakan prinsip ‘least privilege’ berbasis proses verifikasi identitas yang ketat. Kerangka kerja yang digunakan memastikan bahwa hanya pengguna dan perangkat resmi yang terotentikasi dapat mengakses aplikasi dan data. Pada saat yang sama, ini melindungi aplikasi dan pengguna dari berbagai serangan online canggih.

Dalam era ketika data digunakan lebih dekat dengan tempat data dikumpulkan untuk membuat keputusan, tantangan terbesar bagi sebuah perusahaan adalah melindungi data mereka dari kemungkinan ancaman-ancaman siber.

Sangat penting bagi mereka untuk mempertimbangkan penerapan Edge di samping Zero Trust sehingga sisi keamanan menjadi lebih dekat kepada pengguna dan aplikasi. Hal ini memastikan pengalamanan pengguna yang mulus dan aman dengan latensi yang lebih rendah.

Terkait

Artikel Terkait

Memajukan Potensi Digital Bersama Gerakan 100% untuk Indonesia

Techbiz.id - Akses internet merupakan salah satu sarana terbaik untuk membuka berbagai peluang baru bagi masyarakat. Tergantung bagaimana pemanfaatannya,...