Kamis, April 25, 2024

Perang Siber Global Diprediksi Mencuat, Imbas Invasi Rusia ke Ukraina

Techbiz.id – Invasi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina tampaknya dikhawatirkan berimbas mencuatnya perang siber. Bahkan, perang siber ini dikhawatirkan akan meluas ke tingkat global.

Hal itu karena dalam beberapa minggu terakhir, hacker Rusia diduga telah meluncurkan serangan siber yang menargetkan pemerintah Ukraina dan sistem perbankan mereka.

Biro keamanan siber, ESET mengaku telah menemukan malware canggih bernama ‘wiper’ lalu lalang di Ukraina. Perangkat lunak ini bertujuan untuk menghapus data dari sistem yang diserang.

Menanggapi hal ini, Rusia dengan tegas membantahnya walaupun banyak yang meragukannya. “Kami tidak pernah melakukan operasi kejahatan di jagat siber,” sebut pihak Rusia menanggapi laporan itu, dilansir CNBC international, Sabtu (26/2/2022

Sehari sebelumnya, situs web beberapa departemen dan bank pemerintah Ukraina dilumpuhkan oleh serangan distributed denial of service (DDoS), dimana hacker membanjiri situs web dengan lalu lintas hingga macet.

Itu terjadi setelah serangan terpisah pekan lalu yang menghancurkan empat situs web pemerintah Ukraina, yang oleh pejabat AS dan Inggris dikaitkan dengan GRU, badan intelijen militer Rusia

Baca juga: Fokuskan Keselamatan, Twitter Suspen Tweet Iklan di Rusia dan Ukraina

Penduduk Ukraina juga dilaporkan menerima pesan teks palsu yang mengatakan ATM di negara itu tidak berfungsi, yang menurut pakar keamanan siber kemungkinan merupakan taktik menakut-nakuti.

Terlepas dari itu, serangan Rusia ke Ukraina membuat negara-negara barat waspada karena cemas akan terjadi perang siber tingkat Global. Pejabat di Amerika Serikat dan Inggris telah memperingatkan para pebisnis untuk mewaspadai aktivitas mencurigakan dari Rusia di jaringan mereka.

Sementara, Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas, memperingatkan bahwa negara-negara Eropa harus waspada terhadap keamanan siber di negara masing-masing.

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Pakar keamanan cyber. Ia menyatakan bahwa konflik perang siber antara Rusia dan negara-negara barat adalah kemungkinan yang tak dapat dikesampingkan. Namun ada kemungkinan skalanya tidak besar.

“Hal itu adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Namun saya pikir penting juga bagi kita untuk melihat bagaimana kenyataan dari sebuah perang siber,” kata John Hultquit, presiden dari perusahaan analis intelijen, Mandiant.

“Kadang perang siber diperbandingkan dengan perang yang sesungguhnya. Namun realitasnya adalah, kebanyakan perang siber yang kita saksikan tidak melibatkan kekerasan,” imbuhnya.

Kendati demikian, malware canggih bisa menimbulkan kerugian yang tidak sedikit dalam sebuah perang siber. Rusia sendiri menurut Hultquit sudah lama mencoba menyusup ke infrastruktur negara seperti AS, Inggris dan Jerman.

Terkait

Artikel Terkait

Memajukan Potensi Digital Bersama Gerakan 100% untuk Indonesia

Techbiz.id - Akses internet merupakan salah satu sarana terbaik untuk membuka berbagai peluang baru bagi masyarakat. Tergantung bagaimana pemanfaatannya,...