Sabtu, April 20, 2024

Bisnis IoT Bakal Makin Moncer Pasca Konsolidasi Operator

Techbiz.id – Untuk mendatangkan pendapatan yang cukup tinggi, operator disarankan dapat lebih banyak masuk ke bisnis atau industri Internet of Things (IoT) dan bertransformasi menjadi digital solution company.

Hal tersebut disampaikan Founder Asosiasi IoT Indonesia pada Diskusi Masa Depan Industri Telekomunikasi Indonesia, Teguh Prasetya. Menurutnya saat ini secara bisnis operator masih berdarah-darah dan dipaksa untuk berpikir cerdas mencari solusi bisnis yang mendatangkan keuntungan. Konsolidasi bisnis atau merger merupakan salah satu solusinya. Seperti yang dilakukan oleh dua operator: Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia.

Tetapi menurut Teguh merger saja belum bisa mendatangkan keuntungan yang cukup bagi pihak operator. Teguh berpendapat bahwa pasca-merger membuat operator akan berbenah untuk bersiap masuk ke bisnis IoT.

“Sepertinya rekan-rekan operator sudah punya unit khusus yang mengembangkan IoT. Modal utama berupa frekuensi sudah ada, sehingga siap untuk dikembangkan dari jarigan 4G ke 5G. Selanjutnya, bisa menyediakan solusi platform yang menyasar industri-industri tertentu. Peluang ini masih cukup terbuka lebar celahnya,” tambahnya.

Kebutuhan pasar IoT di Indonesia sendiri cukup besar dan penetrasinya bisa ke berbagai sektor industri seperti manufaktur, kesehatan, agrikultur, retail, sektor publik, dan lain sebagainya, termasuk sector telekomunikasi dan media. Ditunjang juga dengan kondisi pasar aplikasi dan platform IoT di Indonesia juga terus berkembang. Kebutuhan setiap tahunnya meningkat signifikan dan berpotensi naik hingga 78% di tahun 2025.

Baca juga: Selain Merger, Operator Harus Jadi Perusahaan Teknologi Biar Selamat

Implementasi IoT juga memiliki potensi yang besar pada efisiensi biaya, jaminan pertumbuhan pendapatan, mempermudah quality control sesuai standar yang ditetapkan, keamanan lebih tinggi dan keselamatan yang lebih terjaga.

IoT sendiri menduduki urutan pertama dari 4 industri teknologi teratas selain Artificial intelligence, Cloud Infrastructure, dan Big Data / Analytics yang memberi dampak berdasarkan survei dari Deloitte. Industri ini bahkan tidak terpengaruh oleh pandemi yang terjadi sekarang.

Melihat potensi dan perkembangannya ke depan, dapat dikatakan bahwa bisnis IoT berpeluang cukup tinggi sebagai salah satu pemasok pendapatan bagi operator. Konsolidasi Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia tentu akan memperkuat mereka untuk bertarung di industri IoT. Dengan semua infrastruktur yang dimiliki paling tidak mereka berada di urutan kedua teratas.

Bahkan, kata Teguh, Indosat Ooredoo saja sebenarna sudah memperoleh pendapatan dari sektor solusi IoT. Ia menyebut pendapatan dari solusi bisnis mencapai sekitar Rp 3 triliun. Sementara Tri, menurut Teguh, pada induknya Hutchison sendiri malah telah menawarkan banyak sekali solusi bisnis berbasis IoT. Dan pasarnya datang dari berbagai belahan dunia.

Teguh mengungkapkan bahwa pada tahun 2019, baru sekitar 1,5 juta rumah di Indonesia yang berstatus smarthome. Artinya rumah-rumah ini telah memiliki akses internet dan berbagai aktivitas di rumah telah menggunakan digital. Situasi pandemic Covid-19 mendongkrakkan jumlah smarthome menjadi sekitar 6,5 juta.

Menurut ICT Expert yang juga paham tentang marketing industry telco dan digital ini, tahun 2021 bukan tidak mungkin akan mencapai 12,5 juta smarthome. Potensi IoT di rumah-rumah juga masih sangat besar. Ia melihat masih ada 60 juta rumah lagi yang potensial.

Terkait

Artikel Terkait

Memajukan Potensi Digital Bersama Gerakan 100% untuk Indonesia

Techbiz.id - Akses internet merupakan salah satu sarana terbaik untuk membuka berbagai peluang baru bagi masyarakat. Tergantung bagaimana pemanfaatannya,...