Kamis, April 25, 2024

BPK Diminta Investigasi Proyek Satelit SATRIA

Techbiz.id – Peluncuran SATRIA (Satelit Indonesia Raya) dinilai perlu dipertimbangkan kembali mengingat harga satelit dan peluncurannya yang sangat mahal.

Proyek ambisius ini rencananya akan ‘menguras’ APBN tidak kurang dari Rp21 triliun untuk pengadaan satelit dan peluncurannya (space segment).

Kemungkinan dana yang akan dikeluarkan pemerintah akan lebih dari Rp80 triliun karena Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) harus menyediakan 150 ribu titik layanan telekomunikasi di seluruh Indonesia.

Baca juga: Belum Dapat Pendanaan, Kemenkominfo Diminta Batalkan SATRIA

Menurut Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis, Uchok Sky Khadafi seharusnya pemerintah dapat fokus terlebih dahulu menangani dan memulihkan ekonomi pasca COVID-19.

“Perlu diperhatikan bahwa SATRIA itu tidak akan bisa membantu pemerintah dalam penyediaan internet untuk menghadapi kondisi new normal dalam waktu dekat. Peluncurannya saja baru akan dilakukan di tahun 2023, itupun kalau tidak terjadi kegagalan peluncuran”, ujar Uchok.

Memang saat ini Pemerintah belum mengeluarkan dana untuk konstruksi SATRIA karena ada pinjaman dari investor. Namun menurut Uchok nantinya Pemerintah harus menggembalikan pinjaman tersebut beserta imbal hasilnya.

Padahal BAKTI juga memiliki kewajiban pembayaran konstruksi Palapa Ring Paket Barat, Palapa Ring Paket Tengah dan Palapa Ring Paket Timur.

Uchok sangat berharap Pemerintahan Presiden Joko Widodo menjadikan kasus Mobil Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK) yang menggunakan dana USO sebagai pengalaman berharga, sehingga kasus tersebut tidak terjadi lagi.

“Saya mengingatkan Pemerintah untuk tidak gegabah agar tidak memiliki nasib serupa dengan MPLIK. Dari perhitungan saya dana USO yang disetorkan operator tak akan pernah mencukupi untuk membayar proyek SATRIA dan membayar kewajiban konstruksi Palapa Ring yang sudah berjalan,”terang Uchok.

Jika BAKTI hanya mengandalkan dana dari operator telekomunikasi yang membayar USO, menurutnya itu tidak akan pernah cukup. Nantinya Pemerintah dan DPR harus mengalokasikan tambahan dana lagi terutama membayar hutang kepada investor

Melihat konsorsium kreditur dari Perancis yang akan membiayai proyek SATRIA, pengamat kebijakan keuangan ini pesimis SATRIA akan berhasil diselesaikan konstruksinya hingga mengorbit. Menurutnya pasca COVID-19 melanda, investor yang masih memiliki dana dan mau memberikan pinjaman hanya berasal dari Cina.

“Sebenarnya pemilihan investor dari Cina untuk pendanaan SATRIA beberapa waktu lalu sudah benar. Namun entah bagaimana investor dari Cina urung memberikan pinjamannya. Kejanggalan ini yang seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah. Jangan-jangan investor dari Cina sudah tau keanehan proyek SATRIA dan potensi masalah menanti,” tegas Uchok.

Agar tidak terjadi polemik berkepanjangan dan tak akan memberikan beban yang besar kepada negara dikemudian hari menurut Uchok sebaiknya BPK dapat melakukan investigasi terhadap proyek-proyek BAKTI, termasuk SATRIA. Tujuannya agar akuntabilitas penggunaan dana negara lebih baik dan transparan.

Sebagai informasi, BAKTI berencana akan melakukan penandatanganan kerja sama atau Preparatory Work Agreement (PWA) untuk dimulainya konstruksi satelit multifungsi SATRIA.

Terkait

Artikel Terkait

Memajukan Potensi Digital Bersama Gerakan 100% untuk Indonesia

Techbiz.id - Akses internet merupakan salah satu sarana terbaik untuk membuka berbagai peluang baru bagi masyarakat. Tergantung bagaimana pemanfaatannya,...