Sabtu, April 27, 2024

Layanan Konvergensi jadi Sumber Cuan Baru Bagi Operator

Techbiz.id – Fixed Mobile Convergence (FMC) atau layanan konvergensi bisa menjadi mesin pertumbuhan keuangan terbaru bagi operator telekomunikasi di tengah tekanan terus menurunnya Average Revenue Per User (ARPU) karena perang harga dan saturasi di layanan seluler.

FMC adalah sebuah konsep yang menggabungkan jaringan mobile dan fixed broadband. Dengan menggunakan FMC, pengguna akan layanan internet secara terus-menerus, kapan pun dan di mana pun.

Berdasarkan studi top 30 perusahaan telko global berdasarkan revenue pada 2021 oleh Capital IQ, Telkom, Kearney, sepanjang 2011-2021 industri telko tetap tumbuh sebesar 2 persen. Di sisi lain untuk Indonesia, ada peluang dari sisi fixed broadband lantaran penetrasi layanan ini baru 14 persen hingga 2021, berdasar data McKinsey Analysis Oxford Economic, Analysis Mascon, Telkom.

Sementara itu, masih dalam studi sama, benchmark global menunjukkan korelasi antara GDP per kapita dengan penetrasi fixed broadband. Di Indonesia sendiri GDP per kapita diperkirakan tumbuh 6 persen CAGR, atau naik dari 51.000 dollar AS ke 70.000 dollar AS pada 2027, yang mana hal itu akan mendorong penetrasi fixed broadband dari 14 persen menjadi 23 persen pada 2023.

“Bagi Telkom, sejalan dengan strategi korporasi Five Bold Moves, harus ada inovasi bisnis yang menguntungkan masyakarat dan juga negara. Telkom melihat besarnya peluang pasar di fixed broadband karena penetrasinya baru 14 persen dibanding mobile broadband (wireless). Kalau dengan FMC ini kita bisa dapat next 5 juta pelanggan dalam 5 tahun pertama. Bayangkan kalau kita gabungkan Indihome dengan Orbit nanti yang kick of pemasarannya akan dilakukan pada Agustus mendatang,” ujar SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza dalam acara sama.

Dijelaskannya, pencapaian target 5 juta pelanggan dilakukan dengan cross selling, baik untuk pengguna Indihome dan pengguna Telkomsel. Pemasarannya juga tidak akan massif karena akan menggunakan skema one on one selling. Serta sasaran utamanya adalah pengguna keluarga.

Nantinya akan ada nama produk baru “gabungan” Indihome dan Telkomsel ini. Harga produk baru ini, juga tidak akan di atas ARPU Indihome di Rp 265.000 dan tidak akan di bawah ARPU Orbit Rp 70.000.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Group Head Indirect Channel Management XL Axiata Junius Koestadi mengklaim, XL Axiata merupakan pionir FMC di Indonesia saat ini dengan menggabungkan layanan Link Net dalam produk XL Satu.

Saat ini XL Satu sudah memiliki 350.000 pelanggan, atau melebihi target 30 persen pelanggan dari sebelumnya. XL Axiata pun kemudian menargetkan mendapatkan 40 persen pelanggan baru di tahun ini.

“FMC ini demandnya ada, dari survei kami pelanggan menyukai layanan XL Satu karena easy to manage, ada single app, single bill, single kuota dan lainnya yang belum ada di layanan operator negara lain,” kata Junius.

Dengan layanan FMC XL Satu ini, XL Axiata berani menargetkan layanan ini akan tersedia di lebih dari 150 kota pada 2025.

Menurut dia, tantangan terbesar layanan FMC ini adalah integrasi jaringan mobile XL Axiata dengan mitra, bagaimana menyatukannya dengan cepat.
“Tantangan lain dari sisi konsumen, yakni bagaimana mengkomunikasikan XL Satu dan benefitnya ke konsumen. Kami selalu bilang ini internet untuk kebutuhan di luar rumah, di rumah dan berbagi ke keluarga,” lanjutnya.

Analis BRI Danareksa Niko Margaronis mengatakan, ada perbedaan anatra layanan 5G dan FMC. Saat ini, kebutuhan penggunaan 5G di Indonesia belum banyak, yakni baru untuk segmen enterprise dan fixed wireless.

“Saya lihat ini hal baru karena dulu selalu mobile service, FMC ini baru permulaan. Sementara penetrasi fixed broadband bisa 14 persen juga didorong oleh double play konvergensi layanan TV dan internet. FMC ini bisa jadi next double play yang bisa dorong penetrasi fixed broadband jadi 20-30 persen ke depannya,” kata Niko.

Ia juga menyoroti adanya peluang pendapatan baru operator dengan FMC. Sebab ada estimasi tambahan Rp 200 ribu untuk ARPU. Di layanan mobile, ARPU antara Rp 40.000-Rp 45.000. “Itu very big plus, biaya bisa naik untuk ningkatin ARPU, tapi tetap bisa drive more revenues operator yang sekarang,” lanjutnya.

Selain bisnis baru yang memberikan peluang pendapatan baru, FMC menurut Niko juga mendorong operator fokus bagaimana memberikan offering layanan yang lebih baik ke pelanggan sehingga ARPU pun bisa lebih sehat.

Baca juga:

Terkait

Artikel Terkait

Memajukan Potensi Digital Bersama Gerakan 100% untuk Indonesia

Techbiz.id - Akses internet merupakan salah satu sarana terbaik untuk membuka berbagai peluang baru bagi masyarakat. Tergantung bagaimana pemanfaatannya,...