Sabtu, April 27, 2024

Kinerja Keuangan Indosat Kinclong, Dibayangi Hutang yang Jumbo

TechBiz.ID – Meski dibayang-bayangi ekonomi global yang tidak menentu,namun kinerja emiten sektor telekomunikasi pada kuartal 3 tahun 2019 kali ini terbilang cukup cukup baik. Mereka masih bisa membukukan pertumbuhan penjualan yang cukup signifikan.

Contohnya saja PT Telkom.BUMN telekomunikasi ini membukukan pendapatan 102,632 atau tumbuh 3.5% dari Rp 99.203 triliun. Pertumbubuan ini berasal dari bisnis layanan data anak perusahaannya yaitu Telkomsel yang tumbuh dari Rp 32.126 triliun menjadi Rp 41.242 triliun.

XL Axiata juga membukukan pendapatan yang meningkat.Jika tahun lalu pendapatan XL Axiata hanya Rp16.940, namun di kuartal 3 tahun 2019 ini pendapatannya mengalami pertumbuhan 11% menjadi Rp 18.735 triliun.

Perusahaan telekomunikasi anak usaha Sinar Mas Grup, Smartfren, juga membukukan pertumbuhan pendapatan di kuartal 3 tahun 2019 ini. Jika tahun lalu penjualannya hanya Rp 3.9 triliun, tetapi di tahun 2019 ini, emiten berkode FREN ini berhasil membukukan pendapatan Rp 4.9 triliun.

Anak usaha Ooredoo yang tahun lalu terpukul karena kebijakan pemerintah dalam melakukan registrasi kartu prabayar, tahun ini Indosat mulai menunjukkan perbaikan kinerja penjualannya. Jika tahun lalu kinerja penjualan emiten berkode ISAT ini hanya Rp 13.175 triliun, di tahun 2019 ini penjualan anak usaha Ooredoo ini sudah mencapai Rp 15.084 triliun.

Kinerja yang moncer di kuartal 3 tahun ini disebabkan pertumbuhan penjualan layanan data dari emiten telekomunikasi. Terlebih lagi indosat yang baru dapat memonitisasi jaringa 4G LTE yang tahun lalu gencar menggelontorkan CAPEX untuk memoderenisasi jaringan mereka khususnya di luar Jawa.

Namun lonjakkan penjualan Indosat di periode kali ini masih dibayang-bayangi dengan tingginya hutang perseroan (DER). Jika di lihat dari rasio perbandingan hutang perseroan dengan ekuitas, maka angkanya sudah mencapai 3.94 kali. Padahal tahun lalu DER emiten telekomunikasi ini hanya 2.9 kali. Jika dibandingkan dengan emiten telekomunikasi lainnya, angka DER Indosat ini jauh lebih tinggi. Liat saja emiten Telkom memiliki DER hanya 0.8 kali. XL Axiata memiliki DER 1.19 kali. Sedangkan DER Smartfren hanya 1.84 kali.

Semakin rendah DER akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).

Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dengan pihak luar. Selain itu besarnnya beban hutang yang ditanggung perusahaan dapat mengurangi jumlah laba yang diterima perusahaan.

Membesarnya DER Indosat ini salahsatunya disebabkan menggelembungnya liabilitas jangka panjangnya berupa kewajiban membayar sewa menara yang harus ditanggung perseroan. Jika tahun lalu hanya Rp 2.81 trililiun, namun dikuartal 3 tahun ini jumlahnya sudah mencapai Rp 4.4 triliun.

Tahun ini hingga tahun mendatang, Indosat juga masih dibayang-bayangi dengan kewajiban membayar obligasi yang akan jatuh tempo. Tahun ini Indosat harus membayar hutang obligasi (PUB III Tahap I) sebesar Rp 750 miliar. Di tahun 2020 hutang jatuh tempo perseroan yang harus dibayar akan jauh lebih banyak mencapai Rp 4.1 triliun.

Melihat besarnya beban hutang perseroan di tahun 2020 mendatang, penjualan menara Indosat kemungkinan tak akan dapat dihindari lagi.

Terkait

Artikel Terkait

Memajukan Potensi Digital Bersama Gerakan 100% untuk Indonesia

Techbiz.id - Akses internet merupakan salah satu sarana terbaik untuk membuka berbagai peluang baru bagi masyarakat. Tergantung bagaimana pemanfaatannya,...