Sabtu, April 27, 2024

Riset Entrust: Nasabah Khawatir dengan Keamanan Perbankan Digital

Techbiz.id – Sebuah hasil riset menunjukan para nasabah memilih untuk melakukan aktivitas perbankan secara digital, tetapi sebagian di antaranya mengungkapkan masih khawatir dengan sistem kemanan yang ditawarkan.

Melalui riset bertajuk “The Great Payments Disruption”, Entrust, pemimpin global dalam trusted identity, pembayaran dan perlindungan data, mengungkapkan bagaimana disrupsi ini telah berdampak terhadap sentimen, preferensi dan kebiasaan nasabah perbankan.

Entrust melakukan survei kepada 1.350 nasabah di sembilan negara, yaitu Indonesia, Australia, Kanada, Jerman, Arab Saudi, Singapura, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat, yang telah melakukan atau menerima pembayaran digital dalam 12 bulan terakhir.

Riset Entrust menggambarkan secara mendetail kecenderungan nasabah perbankan modern, yang mengindikasikan kebutuhan akan kemampuan perbankan online, kartu yang aman dengan chip dan keamanan pembayaran yang ditingkatkan.

Riset perbankan Entrust

“Penelitian ini menyoroti bahwa jauh dari sebelumnya, nasabah perbankan mendahulukan interaksi digital dan kemudian menciptakan pengalaman digital dengan keamanan sebagai fondasinya,” ucap Angus McDougall, Regional Vice President, Asia Pacific & Japan, Entrust, melalui acara yang digelar secara virtual, Selasa (15/3/2022).

Disampaikan Angus McDougall, penelitian menunjukkan ada preferensi sangat kuat untuk memilih perbankan online, bersamaan dengan kekhawatiran yang signifikan mengenai penipuan.

Bahkan, lebih dari dua pertiga nasabah yang terlibat dalam survei, dikatakan Angus, pindah ke bank atau credit union lain setelah menerima peringatan mengenai terjadinya penipuan atau kebocoran privasi.

Baca juga: Infografik: Rapor Merah Kebocoran Data di Indonesia

Menurut data, sebanyak 83 persen responden dari Indonesia mengatakan mereka khawatir dengan kemungkinan penipuan bank atau kredit, karena perbankan dan kredit semakin digital.

Banyak responden memiliki pengalaman pribadi dengan risiko penipuan, dengan 70 persen mengatakan mereka pernah menerima pemberitahuan mengenai penipuan perbankan pribadi atau kredit dalam 12 bulan terakhir.

“Insiden ini jelas merusak loyalitas nasabah, karena 63 persen dari responden yang menerima pemberitahuan penipuan akhirnya pindah ke bank atau credit union yang lain.” jelas Angus.

Padahal, sebanyak 80 persen responden dari Indonesia mengatakan mereka lebih memilih untuk melakukan aktivitas perbankan secara online dalam berbagai bentuknya, ini adalah bukti yang jelas bahwa perbankan digital adalah sebuah kenormalan baru.

Di sisi lain, menyediakan opsi digital tetap penting, karena 71 persen mengatakan mereka lebih memilih menggunakan aplikasi dari bank atau credit union, sementara 9 persen memilih menggunakan web browser di desktop.

Dengan demikian, “Jelaslah bahwa lembaga keuangan harus memperkaya pengalaman digital dengan keamanan yang sudah terbukti, seperti solusi keamanan biometrik untuk meningkatkan kepercayaan dan loyalitas nasabah mereka.” pungkas Angus.

Terkait

Artikel Terkait

Memajukan Potensi Digital Bersama Gerakan 100% untuk Indonesia

Techbiz.id - Akses internet merupakan salah satu sarana terbaik untuk membuka berbagai peluang baru bagi masyarakat. Tergantung bagaimana pemanfaatannya,...