Techbiz.id – Setelah rentetan kebocoran yang hampir tiap hari terjadi, di sepanjang Agustus 2022 Lalu. Kini di awal bulan September, tren kebocoran data masih mengintai, tidak main-main ada 1,3 Miliar data registrasi SIM card masyarakat yang bocor.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sudah mengonfirmasi, jika sumber kebocoran data registrasi SIM Card bukan dari pihaknya, meskipun data bobol itu ditujukan untuk kementerian yang digawangi Johnny G. Plate itu.
“Berdasarkan pengamatan atas penggalan data yang disebarkan oleh akun Bjorka, dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak berasal dari Kementerian Kominfo,” tulis Kominfo dalam pernyataan resminya, Kamis (1/9/2022).
Lebih lanjut, pakar keamanan siber Pratama Persadha, sekaligus CU ini, menyebut jika sample data yang diberikan merupakan data valid.
“Ketika sample data dicek secara acak dengan melakukan panggilan beberapa nomor, nomor tersebut masih aktif semuanya. Berarti dari 1,5 juta sampel data yang diberikan merupakan data yang valid, “kata Pratama, kepada redaksi Techbiz Indonesia.
Pratama mengemukakan, data pastinya berjumlah 1.304.401.300 baris, dengan total ukuran mencapai 87 GB.
“Sampai saat ini sumber datanya masih belum jelas. Dari pihak Kominfo, Dukcapil, maupun Operator seluler juga telah membantah bahwa datanya dari server mereka. Masalahnya saat ini hanya mereka yang memiliki dan menyimpan data ini,” tuturnya.
Lebih lanjut, Pratama menilai jika dugaan sumber kebocoran dari operator seluler sulit, tidak beralasan.
“Karena sample datanya lintas operator. Jalan terbaik harus dilakukan audit dan investigasi digital forensic untuk memastikan kebocoran data ini dari mana. Sangat mustahil jika data yang bocor ini tidak ada yang mempunyainya,” ucapnya.
Namun kalau kita melihat sample data yang datanya dari semua operator, menurut Pratama maka seharusnya cuma Kominfo yang bisa mempunyai data ini.
“Tapi kita perlu pastikan dulu.” imbuhnya.
Lalu jika data ini benar, artinya semua nomor ponsel di Indonesia sudah bocor, baik itu sim card prabayar maupun pascabayar.
Dan diklaim Pratama sangat rawan, apalagi data ini digabungkan dengan data-data kebocoran yang lain, bisa menjadi data profile lengkap yang bisa dijadikan data dasar dalam melakukan tindak kejahatan penipuan atau kriminal yang lain.
Baca juga: