Techbiz.id – Dalam penelitian terbarunya, Fortinet mengungkap penyebab banyaknya pelanggaran keamanan siber yang bersumber dari kessenjagan ketersediaan tenaga ahli keamanan siber.
Sebanyak 71 persen perusahaan dalam laporan tersebut menyebtkan bahwa mereka mengaku kesulitan mereksrut tenaga ahi yang berkualifikasi khusus di bidang keamanan siber.
Sementara itu, sebanyak 63 persen perusahaan setuju bahwa konsekuensi dari kurangnya teaga ahli tersebut adalah menjadi penyebab buruknya tingkat keamanan siber perusahaan.
Bertambahnya perusahaan yang menggunakan teknologi berbasis clud dan automasi pun semakin memperburuk permasalahan ketidaktersedianya tenaga ahli di bidang keamanan siber ini.
Berdasarkan laporan Cybersecurity Workforce Study, di tahun 2021 Asia Pasifik adalah kawasan dengan kesenjangan tenaga kerja terbesar, yaitu 1,42 juta orang. Meskipun menurun dibandingkan tahun sebelumnya, kawasan ini masih harus banyak berbenah.

Fortinet Indonesia disampaikan Country Directornya, Edwin Lim, berkomitmen mengatasi kesenjangan keahlian ini dengan membuat agenda peningkatan pelatihan yang dinamakan Training Advancement Agenda (TAA) dan menyusun program lembaga pelatihan guna meningkatkan akses dan jangkauan sertifkasi serta pelatihan keamanan siber.
Baca juga:
“Kami berinisiatif membantu upaya pemerintah Indoesia untuk mencapai kesadaran keamanan siber dengan mengadakan program dan acara pendidikan bersama dengan badan siber dan sandi negara (BSSN),” kata Edwin Lim.
Fortinet disampaikan EDwin Lim menjanjikan satu juta tenaga ahli terlatih pada tahun 2026 mendatang. Melalui kerjasama dengan mitra lokal, Fortinet juga sudah menerbitkan lebih dari 840 ribu sertifikat sejak program dimulai.